Pages

Selasa, 26 Januari 2010

Curhat mahasiswa semester akhir: Life begins unfair...

Siang ini saya tiba-tiba kepengen nulis, ketika dari tadi saya cape ngutak-ngatik catatan kuliah yang salama ini saya dapat, dan berharap dapet ilham buat nulis proposal skripsi, ditengah lamaran surat magang saya yang belum juga di gubris oleh beberapa instansi, dan lebih parahnya saya mengetahui banyak nilai mata kuliah di semester 7 ini yang menurutku “tidak adil” diberikan kepada sayah… (what a pathetic student)
Baru terfikir saat ini, kenapa dulu saya mau masuk jurusan bahasa inggris, alasan pertama memang saya suka (baca: suka nonton film berbahasa inggris, sukan dengerin lagu berbahasa inggris, seneng nulis2 dalam bahasa inggris walupun waktu itu grammarnya ngaco abis, termasuk punya impian buat ketemu sang idola Michael Owen), alasan kedua karena ini second choice guys, pilihan pertama saya adalah Akuntasi (sangat tertarik menjadi ahli di bidang ekonomi) walaupun sebenernya sih im not good on math, well, tapi satu titik balik yang menjadi perenungan saya adalah Allah sudah memberikan jalanya disini (baca: sastra inggris), dengan segala jalan, hambatan dan solusinya (amien), Dia selalu tau dimana seharusnya kita berada. Selam 3,5 tahun ini saya akui saya sekarang punya 4 skills dalam inggris yang memang it’s a must, they are included reading, listening, speaking and writing. Namun ternyata, menjadi mahasiswa “sastra” adalah pilihan yang agak sulit, disamping basic art and history gw ngga begitu kuat. Al hasil, selama ini saya memperkaya dunia sastra basically bukan kecintaan yang saya tumbuhkan sendiri, tapi “mereka” (the lecturers), sulit, karena kita mencari issue yang tidak tertulis secara exsplisit di dalam text, bahasa lainya, kita melihat seseuatu yang tidak bisa diliat.. (freak…), jadi buat menganalisis sebuah teks sastra kita harus punya thoritical framework yang kuat, jadi argument kita ngga dianggap subjective.
Well,well,well… banyak mata kuliah yang terus terang hampir bikin mata saya copot (karena harus baca jurnal literature yang bahasanya ribet plus ditulis dengan font yang kecil2), hampir bikin otak saya keluar berhamburan (karena harus memahami berbagai theoretical framework, yang “astagfirullah” itu), tapi, dengan segala keterbatasan yang saya punya, tentu usaha maksimal saya, akhirnya saya bisa lulus juga dari mata kuliah yang ada judul “critical” dan “criticism”, entahlah walaupun hasilnya jauh dari memuaskan tapi saya Cuma bersyukur bisa melewatinya—termasuk selama itu sleep disorder,eat disorder, relathionship disorder gak kalah ikutan pengen nemenin.
Opps, kayanya belom menyinggung judul nih, jadi kebanyakan introduction, xixix. Pengakuan seorang mahasiswa biasa, mahasiswa yang belum pernah menduduki rangking pertama dengan IPK yang berada di jalur aman, tidak atletis, tidak juga artistic, tidak pandai bermain music, tidak punya bakat yang bisa dibanggakan, tidak mendapat piala karena banyak baca buku, dan selama 21 tahun menjadi seorang yang biasa-biasa aja , dan terbiasa menjadi orang yang rata-rata. Dan baru sadar udah lama banget melupakan aspirasi untuk setidaknya “berkilau” dalam bidang apapun (hahah… kesanya low self-esteem bgt ya). I just do as the best as I could, tidak pernah benar-benar cocok dalam “dunia” ku. Saya shock, mendapati nilai-nilai semester ini yang saya rasa tidak “adil”—orang yang mengerkajan tugas dengan sungguh-sungguh (baca: rela begadang setiap malam, melewatkan kencan beberapa minggu, dan segala pengorbanan lain) harus mendapat nilai lebih kecil dari orang yang tidak seriously mengerjakan tugas (baca: ngerjain tugas pas 3 jam lagi mo dikumpuli, asal-asalan, tapi dia deket sama “sang dosen” karena sering “berurusan”) they easily got A or B!! see, where is the justice????—ternyata bukan di dunia hukum kita aja yang udah ngga ada keadilan, even for this small cases juga kalo disadari, udah ngga ada yang namanya adil. Terlepas dari bagaimana cara penilaian para “dosen yang terhormat” itu mengukur kemampuan mahasiswanya—but I do believe there is something wrong.
What to do girls, semua nilai yang tertuang dalam “academic line” itu semua fake!! Ga peduli deh, walupun nilai A, tapi keropos alias we got nothing, now I totally don’t care!!! Semua itu kembali sama individu masing-masing, yang terpenting adalah apa yang sudah kita dapat selama belajar dalam mata kuliah itu, dan bisa diaplikasikan di dunia real!!
Anyway, thanks for reading this ‘stupid text’, and I would be glad if u wanna share with me with put forward yours in comment box… :D

Minggu, 24 Januari 2010

The truth is Ugly, isn't it?


Gee, I just bought some new DVD’s lately, then enjoyed one of them which totally it’s hardly forgotten and it was “The Ugly Truth” staring by Gerard butler and Katherine heigl, and it was just amazing, funny and fantastically romantic. I just lill bit surprised knowing what is actually man’s thinking about woman and vice versa which is socially true.
First of all, Mike (Gerard butler) said that ‘man are visual’, they attracted of women by their appearance! See, that’s what we can’t be denied—millions of girls keep fuck*n (sorry from this inconvenient word, just lill bit influence by the movies I saw lately =D) trying make man’s eyes out by change their look [from ugly-pretending to be beautiful, from simple become not simple, and so forth] by seeing this it’s all fake everyone, because the truth is ugly! No body could love at the first sight by its personality, no one! One thing, He said, man are interested to see women ass and their tits.. (Goddamn it, are you really doing this guys..???)
Second of all, he said “never talk about your problem, because men don’t really listen or care”, that’s terrifying knowing this truth, o my god!! Well, some are care, but they must be pretend to care!! See, So what we have been guy, is that true? At time I just screwed up my mind, and what mostly they indeed want from relationship if they actually don’t care about our problems??—was it emotionally connected or just physically intention, or what..? In fact, Men are totally not simple, they just freak*n complicated. Surprisingly, when he asked you “how you’re doing”, it means (its guy code for: “Let me stick my dick in your ass) hahaha… lol, you are completely nuts guys…!! I mean, probably it depends on the culture, no worries; I do still believed that they are some who asked it sincerely.
Another case, I just realized that when we love someone, sometimes we pretend to like something which we don’t like, like not being the way we are, example, when we used to had first dating, we used to be dressed as perfect as we could, act perfectly and so forth —but that’s how it’s going, it indeed happen to us! Looking and see how’s everything going, I can assume that’s there is no ‘ideal’ relationship, since it always deals with two different heads with two different wanted. Pathetically, I don’t have healthy relationship since we usually spent our Saturday night separately, well; I mean I don’t make this thing as a big deal, no, but sometimes a question such “Malem mingguan kemana?”, that honestly disturbing questions. Well, okay, this don’t have something deals with the issue which previously I wrote, it just kind of ‘curhat keci” or I must say “keluh-kesah” which I don’t where I have to put it down, but I thank god so far my bf is someone who can love me the way I am (I wish..), knowing my bad fart, how do I look like when I just get up and all, hopefully, he receives my ugliness—not just love me physically but also my personality 